Deteksi penyakit paru obstruktif kronis dengan peak flow metric pada masyarakat di Kelurahan Sukamaju Palembang

  • Alif Fathurrachman Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Dwi Indira Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Linda Andriani Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Rouly Pasaribu Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Sudarto Sudarto Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Ahmad Rasyid Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
  • Zen Ahmad Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Pulmonologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya.
Kata Kunci: PPOK, Peak flow metric, Spirometri, Masyarakat

Abstrak

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit paru yang dapat dicegah dan di obati, yang ditandai dengan gejala respirasi dan hambatan aliran udara yang persisten dan seringkali progresif. PPOK masih menjadi penyebab kematian nomor 3 di Dunia. Faktor risiko seperti merokok dan pajanan polusi udara yang terus menerus, merupakan penyebab terjadinya PPOK. Dalam mendiagnosis PPOK, selain anamnesis gejala respirasi dan pemeriksaan fisik, dibutuhkan pemeriksaan spirometri untuk menilai kapasitas fungsi paru. Namun, pemeriksaan ini tidak selalu tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Peak flow metric, yang digunakan untuk menilai kapasitas paru saat ekspirasi maksimal, dapat menjadi alternatif yang murah dan mudah diterapkan. Deteksi dini PPOK dengan peak flow metric akan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui lebih dini kapasitas fungsi paru nya, sehingga masyarakat lebih memperhatikan kesehatan paru-parunya. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya deteksi dini kelainan obstruksi saluran nafas di masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini. Sekitar 200 peserta diberikan penyuluhan tentang PPOK dan dilakukan deteksi PPOK menggunakan alat peak flow metric. Dari 200 peserta, 38% terdeteksi memiliki obstruksi saluran nafas dengan hasil peak flow metric <80%. Hal ini akan menjadi dasar untuk masyarakat memeriksakan dirinya ke fasyankes guna pemeriksaan spirometri, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan paru-parunya.

Diterbitkan
2024-07-18