Pencegahan stunting balita melalui refreshing kader Posyandu dengan pelatihan pemantauan pertumbuhan dan pengisian KMS

  • Fatmalina Febry Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
  • Misnaniarti Misnaniarti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
  • Asmaripa Ainy Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
  • Iwan Stia Budi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
  • Dian Safriantini Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
Kata Kunci: Stunting, Kader Posyandu, Antropometri, KMS

Abstrak

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh multi faktor dan bersifat antar generasi. Kejadian stunting menunjukan permasalahan gizi buruk yang kronis dan terjadi di usia balita. Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Pengukuran antropometri biasanya dilakukan oleh kader di Posyandu. Namun, kader tidak mempunyai kemampuan dalam pemantauan pertumbuhan balita baik melalui pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) serta pengisian KMS. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar kader belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pengukuran antropometri dan pengisian KMS. Kegiatan pengabdian ini dilakukan di Kecamatan Indralaya dengan sasaran adalah kader Posyandu yang mewakili setiap desa yang berjumlah 46 orang. Kegiatan dilakukan dalam bentuk pelatihan, yaitu melalui pemberian materi menggunakan ceramah dan pelatihan memantau pertumbuhan balita dengan cara mengukur berat badan dan panjang badan/tinggi badan balita serta cara mengisi KMS. Alat yang digunakan adalah timbangan, dacin, infantometer serta kartu KMS. Hasil kegiatan ini menunjukan bahwa sebagian besar kader mengalami peningkatan nilai sebelum dan sesudah pelatihan yaitu peningkatan pengetahuan gizi (54,3%), pengukuran antropometri (78,2%) dan Pengisian KMS (58,7%). Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai p 0,000 < 0,005 maka ada perbedaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi, baik itu pengetahuan gizi, pengukuran antropometri balita dan pengisian KMS bertambah. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan kader ini cukup berhasil dilihat dari hasil distribusi frekuensi yang didapat dan hasil uji statistik. Perlu dilakukan pelatihan rutin terkait pemantauan pertumbuhan dan pembacaan KMS, terutama jika terjadi pergantian kader.

Diterbitkan
2022-03-30